Membaca doa Qunut di dalam shalat
Subuh, sungguh tidak ada seorang pun ulama yang berkompeten yang membid’ahkan
Qunut Shalat Subuh. Masalah ini sebenarnya sudah tuntas dibahas oleh para Ulama
Salaf dengan kesimpulan bahwa Qunut Subuh itu bukan Bid’ah. Akan tetapi masih ada sebagian umat Islam di
zaman ini yang ngotot berpendapat bahwa membaca doa Qunut dalam shalat Subuh
adalah bid’ah.
Sehingga mereka yang berpendapat
Qunut itu bid’ah ketika bermakmum kepada Imam Shalat yang membaca doa Qunut
mereka enggan mengaminkan doa Qunut yang dibaca Imam Shalat, dan mereka hanya
berdiri diam saja karena mereka kalau mengaminkan tentunya takut
konsekwensinya, yaitu masuk neraka bersama Imam Shalat.
Konsekwensi dari pendapat ini
jelas, berhubung karena setiap bid’ah adalah sesat menurut mereka dan setiap
yang sesat masuk neraka, maka konsekwensi dari pendapat tersebut menyebabkan
siapa yang membaca Doa Qunut dalam shalat Subuh masuk neraka. Na’udzu billah
min dzaalik, semoga kita selamat dari neraka, amin….
Berikut ini penjelasan diserati
dalilnya bagi mereka yang membaca doa qunut Subuh, juga penjelasan bagi mereka
yang keras kepala menolak dan bahkan membid’ahkan Qunut Subuh. Selamat
mengikuti, semoga bermanfaat.
Do'a Qunut
Hukum Membaca Doa Qunut Adalah Sunat
Pendapat yang dikemukakan oleh
para imam Mu’tabar seperti Imam Malik, Iamm As-Syafie, Ibnu Abi Laila, Hasan
bin Soleh, Abu Ishaq Al Ghazali, Abu Bakar bin Muhammad, Hakam bin Utaibah,
Hammad, Ahli HIjjaz, Al Auza’ie kebanyakan Ahli Syam malah menurut Imam An
Nawawi dalam Majmu’. Ia adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan ulama
salaf dan generasi selepas daripada mereka bahawa Doa Qunut disunatkan pada
shalat Subuh setiap hari.
Ini dalilnya :
Mereka berdalilkan dengan sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad daripada Anas bin Malik r,a berkata :
Senantiasalah Rasulullah Saw
membaca qunut pada shalat Subuh sehingga Baginda wafat.”
Diriwayatkan juga bahawa Sayidina
Umar bin Khattab membaca doa Qunut pada shalat Subuh di hadapan para sahabat
dan selainnya.
Berkenaan dengan hadits yang
diriwayatkan daripada Anas bin Malik ini, menurut Imam al Haithami, para
Perawinya adalah dipercayai. “Menurut an Nawawi ia diriwayatkan oleh sekumpulan
huffaz (ahli hadits) dan mengakui keshahihannya.
Keshahihan ini dinyatakan oleh al
Hafiz al Balkhi, Al Hakim, Al Baihaqi dan ia juga diriwayatkan oleh Ad
Daruqutni melalui beberapa jalan dengan sanad yang shahih.
Dalam mazhab syafi’i membaca doa
Qunut adalah sunat hukumnya dalam Shalat Subuh itu, baik pada ketika turunnya
bala atau tidak. Ini adalah pendapat yang banyak dari ulama-ulama Salaf atau
katakanlah yang paling banyak dan juga pendapat ulama-ulama setelah ulama
Salaf. Bahkan para Sahabat Nabi di antara yang berpendapat serupa ini adalah
Sayidina Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib,
Ibnu Abbas, Bara’ bin ‘azib Rda (terjemah bebas ruju’ ke al Majmu’ Syarah
Muhazzab III halaman 504)
Doa Qunut dalam Shalat Subuh di Kalangan Mazhab Syafi’iyah
Di dalam mazhab Syafi’i sudah
disepakati bahawa membaca doa qunut dalam shalat Subuh, pada saat i’tidal
rakaat kedua adalah sunat ab’adh dalam arti diberi pahala bagi orang yang
mengerjakannnya dan bagi yang lupa atau lalai mengerjakannya disunatkan untuk
menggantikannya dengan sujud sahwi.
Tersebut dalam kitab Al-Majmu’
syarah Muhazzab jilid 3 hlm.504, maksudnya:
“Dalam mazhab Syafi’i disunatkan
qunut pada shalat Subuh sama ada ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum
inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka atau
kebanyakan dari mereka. Dan di antara yang berpendapat demikian adalah Abu
Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Ibnu
Abbas, Barra’ bin Azib, semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan
oleh Baihaqi dengan sanad-sanad yang shahih. Banyak ulama yang termasuk Tabi’in
dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah juga mazhab Ibnu Abi
Laila, Hasan, Ibnu Salah, Malik dan Daud.”
Tersebut dlm kitab Al-Um jilid 1
hlm.205 bahawa Imam Syafi’i berkata,maksudnya:
“Tak ada qunut dalam shalat yang
lima waktu kecuali shalat Subuh. Kecuali jika terjadi bencana maka boleh qunut
pada semua sembahyang jika imam menyukai.”
Tersebut dalam kitab Al-Mahalli
jilid 1 hlm.157, berkata Imam JalaluddinAl-Mahalli, maksudnya:
“Disunatkan membaca Qunut pada
i’tidal rakaat kedua dalam shalat Subuh dengan doa, Allahumahdini hingga
selesai…”
Demikianlah keputusan dan
kepastian hukum tentang membaca doa qunut subuh dalam mazhab kita As-Syafi’i.
ALASAN ORANG-ORANG YANG MENOLAK
DOA QUNUT SUBUH
Ada orang yang berpendapat bahawa
Nabi Muhammad saw melakukan doa Qunut satu bulan saja berdasarkan hadits Anas
ra, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi saw melakukan
qunut selama satu bulan sesudah rukuk sambil mendoakan kecelakaan ke atas
beberapa suku Arab kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim.
Kita menjawab:
Hadits daripada Anas tersebut
kita akui sebagi hadits yang shahih kerana terdapat dalam kitab hadits Imam
Bukhari dan Imam Muslim. Akan tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah
kata: (tsumma tarakahu= Kemudian Nabi
meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi
itu?
Meninggalkan qunutkah? Atau
meninggalkan berdoa yang mengandungi kecelakaan ke atas suku-suku Arab zaman
itu?
Untuk menjawab permasalahan
inilah kita perhatikan baik-baik penjelasan Imam an-Nawawi dalam Al-Majmu’
jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawaban terhadap hadits
Anas dan Abi Hurairah r.a dalam ucapannya dengan (tsumma tarakahu) maka
maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang-orang kafir itu dan
meninggalkan laknat terhadap mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau
meninggalkan qunut pada selain subuh. Pentafsiran seperti ini mesti dilakukan
kerana hadits Anas di dalam ucapannya ‘senantiasa Nabi qunut di dalam shalat
Subuh sehingga beliau meninggal dunia” adalah shahih lagi jelas maka wajiblah
menggabungkan di antara kedua hadits tersebut.”
Imam Baihaqi meriwayatkan dan
Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yang ditinggalkan oleh
Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi pentafsiran seperti
ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa
kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat
kesimpulan bahawa Qunut Nabi yang satu bulan itu adalah qunut nazilah dan qunut
inilah yang ditinggalkan, bukan doa Qunut pada waktu shalat Subuh.
ALASAN LAINNYA KENAPA MEREKA
MENOLAK QUNUT SUBUH
Ada juga orang-orang yang tidak
menyukai doa Qunut Subuh mengemukakan dalil hadits Saad bin Thariq yang juga
bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau
berkata: Aku pernah bertanya kepada bapakku, wahai bapak! Sesungguhnya engkau
pernah shalat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi
Thalib di sini di kufah selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka
melakukan qunut?. Dijawab oleh bapaknya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.”
Diriwayatkan oleh Tirmizi.
Kita jawab:
Kalau benar Saad bin Thariq
berkata begini maka sungguh mengherankan kerana hadits-hadits tentang Nabi dan
para Khulafa Rasyidun yang melakukan Qunut sanga banyak, juga ada di dalam kitab
al-Bukhari, al-Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh karena itu ucapan Saad bin
Thariq tersebut tidaklah diakui dan tidak terpakai di dlm mazhab Syafi’i dan
juga mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh kerana
beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan doa Qunut, begitu pula sahabat
baginda nabi. Padahal hanya Thariq seorang saja yang mengatakan doa qunut itu
sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam kes ini berlakulah
kaidah ushul fiqh yaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la
annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan
lebih didahulukan atas orang yang menafikan.
Tambahan lagi orang yang
mengatakan ADA jauh lebih banyak daripada orang yang mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawapan Imam
Nawawi di dalam Al-Majmu’ jil.3,hlm.505, maksudnya:
“Dan jawaban kita terhadap hadits
Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang-orang yang menetapkan Qunut
terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh
karena itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah hadits Tirmizi yakni Ibnul
‘Arabi juga memberikan koment yang sama terhadap hadits Saad bin Thariq itu.
Beliau mengatakan: “Telah sah dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan
qunut dalam shalat Subuh, telah tetap pula bahawa Nabi ada Qunut sebelum rukuk
atau sesudah rukuk, telah tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah
dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar
mengatakan bahawa qunut itu sunat, telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh
itu janganlah kamu lihat dan jagan pula ambil perhatian terhadap ucapan yang
lain daripada itu.”
Bahkan ulama ahli fiqh dari
Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hazami di dalam kitabnya Taudhihul
Adillah ketika memberi koment terhadap hadits Saad bin Thariq itu berkata:
“Sudah terang qunut itu bukan
bid’ah menurut semua riwayat yang ada maka yang bid’ah itu adalah meragukan
kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula,
sudahh tahu bertanya pula.”
Dengan demikian dapatlah kita
fahami ketegasan Imam Uqaili yang mengatakan bahawa Abu Malik itu jangan
diikuti haditsnya dalam masalah qunut. (Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).
ALASAN LAINNYA YANG MENOLAK QUNUT
SUBUH
Ada juga orang mengetengahkan
riwayat dari Ibnu Masu’d yang mengatakan, maksudnya: “Nabi Muhammad Saw tidak
pernah Qunut di dalam shalat apa pun.”
Kita jawab:
Riwayat ini menurut Imam Nawawi
dalam Al-Majmu’ adalah terlalu dhaif kerana di antara perawinya terdapat
Muhammad bin Jabir A-Suhaimi yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli-ahli
hadits. Tersebut dalam kitab Mizanul I’tidal karangan Az-Zahabi bahawa Muhammad
bin Jabir As-Suhaimi adalah orang yang dhaif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan
Imam Nasa’i.
Imam Bukhari mengatakan:
“Ingatannya tidak kuat!”
Imam Abu Hatim mengatakan:”Dalam
waktu yang akhir dia agak pelupa dan kitabnya telah hilang.” (Mizanul I’tidal
jil. 3, hlm.492)
Kita juga boleh mengatakan dengan
jawaban terdahulu bahawa orang yg mengatakan ADA lebih didahulukan daripada
orang yang mengatakan TIDAK ADA berdasarkan kaedah:
“Al-muthbitu muqaddamun a’la
annafi” maksudnya: “Orang yang menetapkan lebih didahulukan atas orang yang
menafikan.
KENAPA MEREKA MENOLAK QUNUT
SUBUH, INILAH ALASAN LAINNYA
Mereka yang menolak Qunut Subuh,
ada juga yang mengajukan dalil bahawa Ibnu Abbas berkata, maksudnya:
“Qunut pada shalat Subuh itu
bid’ah.”
Kita jawab:
Hadits ini sangat dhaif kerana
Al-Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila Al-Kufi dan Baihaqi sendiri
mengatakan bahawa hadits ini tidak shahih kerana Abu Laila itu adalah
matruk(orang yg ditinggalkan haditsnya).
Tambahan lagi pada hadits yang
lain Ibnu Abbas sendiri mengatakan, maksudnya: “Bahawa Nabi saw melakukan Qunut
pada shalat subuh.”
MEREKA MENOLAK QUNUT SUBUH KARENA
NABI SAW MELARANG QUNUT SUBUH?
Mereka yang menolak Qunut Subuh,
ada juga yang membawa dalil bahawa Ummu Salamah berkata, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi Saw melarang
qunut pada shalat subuh.”
Kita jawab:
Hadits ini juga dhaif kerana
diriwayatkan dari Muhammad bin Ya’la dari Anbasah bin Abdurrahman dari Abdullah
bin Nafi dari bapanya dari Ummu Salamah.
Berkata Daruqutni: Ketiga orang
itu semuanya adalah lemah dan tidak benar kalau Nafi mendengar hadits itu dari
Ummu Salamah.
Tersebut dalam Mizanul I’tidal:
Muhammad bin Ya’la itu diperkata-katakan oleh Imam Bukhari bahawa dia banyak
menghilangkan hadits. Abu Hatim mengatakannya matruk. (mizanul I’tidal 4/70).
Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Bukhari haditsnya matruk. Manakala
Abdullah bin Nafi adalah orang yang banyak meriwayatkan hadits munkar. (Mizanul
I’tidal 2/422).
Sumber : http://www.islam-institute.com/doa-qunut-hukum-membaca-doa-qunut-dalam-shalat-subuh/
No comments:
Post a Comment